Cerita Dewasa Ngentot Memek Bu Cella Di Kursi Bioskop
Cerita Dewasa Ngentot Memek Bu Cella Di Kursi Bioskop – Pengalaman ku yang tak terlupakan saat aku sedang menointon bioskop dengan seorang cewek yang baru kenali dan sangat berbeda karakternya dengan yang pernah aku kenal. Pada pertemuan siang tadi aku sama sekali tidak berpikir di bawah Ibu Cilla yang ku temui ini ternyata pemilik perusahaan langsung perusahaan yang akan menawarkan jasa.
Wajahnya cantik, kulit putih, tubuhnya, tubuhnya, tubuhnya yang bahasa sekitar 173 cm dengan dada yang menonjol, pinggangnya yang dibalun span yang ketat membuat pinggangnya yang ramping mempesona, pantatnya juga montok bulat dan masih kencang.
Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100% karena melihat gaya bicaranya yang intelek, gerakan bibirnya yang seksi saat sedang bicara, apalagi kalau sedang menunduk belahan buah dadanya yang putih dan besar terlihat olehku.
Diruangan mewah akhirnya kami menyepakati kontrak kerja. Sambil menunggu sekretaris ibu Cella membuat kontrak kerja, kami mengobrol sedikit sampai ke luar pikiranku.
Aku menjawab karena pertanyaan itu ditanyakan oleh bu Cella sendiri. Dari pembicaraan tiu baru ku tahu kalau umurnya masih 25 tahun, yang memiliki jabawan direktur pemilik perusahaan kedua yang pertama adalah suaminya yang sudah meninggal.
“Pak Ivan umurnya berapa?” bisiknya dengan nada mesra.
“Saya umur 26 tahun, Bu!” balasku.
“Sudah berkeluarga?” pertanyaan semakin menjurus
“Belum bu”
Tanpa kutanya, Bu Cella menerangkan bahwa sejak kematian suaminya, dia belum mendapatkan penggantinya.
“Ibu cantik dan masih muda, saya rasa banyak lelaki yang berlomba untuk mendapatkan Ibu” jawabku memujinya.
“Memang iya sih yang kamu bilang, tapi mereka rata-rata mengincar kekayaan saya” nadanya sedikit merendah.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan dipintu, Ibu Cella bangkit berdiri membukan pintu, ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerja.
“Kalau begitu, aku permisi pulang, Bu semoga kerja sama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan” aku segera pamit dan mengulurkan tangan.
“Amin yaa” menyambut menyambut uluran tanganku.
“Terima kasih atas kunjunganya pak” katanya sambil tersenyum.
Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tapi aku segera menarik tanganku, takut di kira kurang ajar. Namun laki-laki aku mulai sebagai strategi mendekatinya.
“Oh ya, Bu sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan kerja sama kita, bagaimana kalau nanti kita makan malam bersama?” ajakku.
“Terima kasih” jawabnya singkat.
“Mungkin lain waktu aku hubungi kamu untuk tawaran ini”
Aku tunggu ya Bu, permisi
Aku tak mau kedekatan, Aku segera meninggalkan kantor Ibu Cella dengan sejuta pikiran yang melayang dibenakku. Sepanjang perjalan aku selalu terbayang kecantikan wajah, postur utbuhnya yang ideal.
Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku syringe mampir ke tempat itu Cella tapi belum ada tanda-tanda aku bisa jalan dengannya. Meskipun hubunganku dengannya menjadi akrab.
Menginjak perkenalan dua bulan, akhirnya aku bisa mengajaknya keluar hanya untuk sekedar makan malam. Aku ingat waktu malam minggu. Kami sudah seperti kekasih, meskipun pada awalnya dia ngot ingin menggunakan mobilnya, tapi akhirnya dia bersedia naik ke mobil katanaku.
Beberapa kali malam minggu kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri, aku hanya berani menggenggam jarinya saja itupun aku gemetaran,
Jantungku bergedup kencang padahal hubungan kami sudah sangat dekat untuk memulainya, waktu itu kami didalam bioskop dalam keremangan, sambil menggenggam jarinya mesra.
Kelembutan jarinya mengantarkan desiran aneh yang ditubuhkum kucoba mencium bau pelan, tidak ada respon, ku lemas jemari yang lembut. Kurapatkan tubuhku dengan tubuhnya, Kupandangi wajah yang sedang menatap layar.
Dengan keberanian yang kupaksakan, kukecup pipinya. Dia terkejut, dan memandangku sebentar. Aku berpikir pasti dia akan marah, tapi respon yang kuterima sungguh membuatku kaget. Tiba-tiba ucapan ucapannya, mulutnya yang mungil langsung menyambar dimulutku.
Sekian kali aku terpana, tapi aku segera sadar dan melumat bibirnya, ciumannya semakin ganas, lidah kami saling membelit mencoba mengayunkan rongga mulut lawan. Sementara semakin kuat kuat mencengkram bahuku. Aku mulai beraksi, tanganku bergerak merambat ke punggungnya, ku usap lembut punggungnya, bibirku yang terlepas menjalar ke lehernya yang putih, aku menggelitik belakang telinganya dengan lidahku.
“Cella, aku sayang kamu” ku bisikkan dia dengan mesra.
“Aku juga sayang kamu” suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit.
Dan saat tanganku menyusuk ke dalam blousnya, erangannya semakin terdengar. Aku merasan kelembutan buah dadanya, kupilin halus putingnya sementara tanganku yang menggantinya pinggangnya dan meremas pinggulnya.
Segera kubuka kancing blous bagian dalam, suasana bioskop yang gelap sangat kontras sekali dengan buah dadanya yang putih. Perlahan kukeluarkan buah dadanya dari branya, kini didepan mata terpampangbuah dadanya yang sangat indah, kucium dan kujilat belahannya, hidungku salah satu belahan dadanya. Kini lidahku yang basah terus menciumi buah dadanya. Perlahan naik hingga kebagian putingnya.
Kuhisap pelan putingnya yang masih mungil kugigit, lembut kudorong dengan lidahku. Ia meracau kekuatan kuat kuat kepalaku saat putingnya kuhisap agak kuat. Sementara aku merasakan gerakan dicelanaku semakin kuat, senjataku sudah menegang maksimal.
Tanganku yang satunya sudah bergerak kepahanya, spannya ku tarik keatas hingga batang pahanya terlihat, kubelai pahanya sementara mulutku menghisap terus puting buah dada kiri dan kanan. Jariku mulai menelusuri pangkal pahanya, Aku menemuka celana dalamnya. Perlahan jariku masuk lewat celah celana dalamnya, ku geser ke kiri, akhirnya jariku menemukan rambu kemaluan vaginanya yang sangat lebat.
Dengan tak sabar, ku gosokkan jariku di klitorisnya sementara mulutku masih menjilati puting buah dadanya yang semakin tegang keatas yang menandakan gairah nafsunya sudah memuncak, walaupun jari-jariku sedikit terhalang celana dalamnya tapi aku masih dapat menggesek klitorisnya
Bahkan dengan cepat masuk ke celah celahnya yang terasa basah. Jari-jariku berputar di dalamnya, sampai tonjolan lembut bergerigi didalam kemaluannya, kutekan dengan lembut G-spotnya itu ke kiri dan kekanan perlahan.
“Agg pak aku sudah nggak tahan terus pakk Ivan Ahh” suaranya makin keras.
Tangannya menekan kepalaku ke buah dadanya hingga aku sulit bernafas, sementara tangan yang menahan tanganku di vaginanya semakin dalam. Akhirnya kurasakan tubuhnya bergetar, kuhisap kuat puting susunya, kumasukkan jariku semakin dalam.
“Ahh ivann aku mau keluar”
Kurasakan jariku hangat dan basah
“Makasih vann, sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini”
Aku hanya diam, menahan tegangnya penisku yang terlampiaskan tapi rupanya Cella sangat pengertian. Dengan lincahnya dibukanya resleting celanaku dan jarinya masuk kedalam resleting mencari penisku.
Aku membantunya dengan menggerakkan sedikit tubuhku saat mendapatkan apa yang dicarinya, sungguh reaksinya sangat hebat,
“Ohh besar sekali Van? aku suka penis yang besar loh ”Cella seperti anak kecil yang mendapatkan permen
Senjataku yang sudah kaku dikocoknya, aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara yang akan mengocok batang penisku, tangan satunya buka kancing bajuku, mulutnya yang menciumi dadaku dan menjilati putingku
Aliran darahku semakin deras mengalir, nafsuku semakin membara. Aku merasakan spermaku sudah mengumpul diujung, Sementara kepala penisku semakin basah oleh pelumas yang keluar.
“Cella aku sudah nggak tahan”
“Tahan sebentar Van”
Celloa rilis jilatan didadaku dan langsung mengulum penisku, Aku merasakan kuluman mulutnya yang hangat dan sempit. Kulihat mulutnya yang seksi sampai sesak karna penisku Cella semakin kuat mengocok batang penisku kedalam mulutnya.
Akhirnya kakiku sedikit mengejang untuk mengeluarkan spermaku,
“Awas Cell, aku mau keluar” kutarik rambutnya agar menjauh dari penisku, tapi Cellla malah memasukkan penisku ke dalam mulutnya lebih dalam.
Aku tak tahan lagi ku tembakkan spermaku hingga mulutnya penuh dengan spermaku. Dengan sela lahap langsungnya dan membersihkan sperma yang tertinggal dikepala penisku dengan lidahnya. Aku tarik nafas untuk pembantuan detak jantungku yang sangat cepat.
Lampu bioskop menyala menandakan film yang kami tonton sudah selesai, kami sudah rapi kembali dan kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 10:30. Aku mengantarnya pulang dalam perjalanan kami tak banyak bicara, kami akan kejadian yang baru saja kami lakukan.
Sampai dirumahnya yang mewah di, aku ditariknya menuju kamar yang benar-benar luas,
Van, aku belum puas, kita lanjutin yah permainan tadi? ”
Tangannya langsung membuka kancing bajuku dan mulai membangkitkan gairahku, sementara pikiranku semakin bingung, kenapa Cella yang tadinya kalem bisa berubah menjadi nafsuan begini?
Tapi pikiranku kalah dengan gairah yang mulai berkobar didadaku, terlebih saat lokasinya dengan lihat mengusap dadaku bagai musafir seluruh tubuhku dicium dan dijilatnya dengan nafsu penuh. Aku pun tak mau kalah dengannya, di kasurnya yang empuk kami saling melumat.
Kami lepas pakaian kami sendiri dan kami saling melihat tubuh telanjangnya. apalagi di daerah selangkangannya yang putih bersih, sangat kontras dengan bulu vaginanya yang sangat hitam dan lebat. Cella memandangi senjataku yang mengacung berdiri
Kubaringkan badanya yang indah di kasur, aku cium lembut seluruh tubuh, kujilat dari leher sampai ke jari kkakinya, Kuhisap puting buah dadanya yang kemerahan, ku gigit mesra juga, sementara tanganku yang lain meremas pinggul dan pantatnya yang montok.
Permainan kami semakin seru, kini kami mencoba gaya 69. kami saling menghisap puting dada saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya kurasakan juga perutku dijilati dan akhirnya lidah kami saling menghisap kemaluan.
Aku hangat di kepala penisku saat lidahku celah celah, lidahku yang masuk celah celah kewanitaanya yang telah basah, kuhisap klitroisnya, kurasakan tubuhnya bergetar. Lima belas menit sudah kami denga gaya itu, nafsuku yang sudah membara penyelesaian penyelesaian. Segera ku balikkan tubuhku. Dan kami kini saling bersimpuh peluh. Sementara penisku yang sudah basah oleh air liurnya kuarahkan di cela pahanya, sekuat tenaga aku mendorongnya namun sulit sekali. Akhirnya tak sabar dengan Tangan Cella memandu penisku lalu ku tekan kuat.
Cella membuka pahanya lebar-lebar dan penisku melesak kedalam vaginanya, Kepala penisku sydag berada didalam celahnya. Kutahan pantatku untuk menikmati remasan vaginanya di batanganku. Perlahan kutekan pantatku, penisku amblas didalam vaginanya, aku sangat menikmati vaginanya di batanganku. Perlahan kutekan pantatku, penisku amblas didalam. Gigi Cella yang tertancap dilenganku saat aku naik turunkan pantatku dengan pelan.
Remasan dan gigitan liang vaginanya di seluruh batang penisku terasa sangat nikmat. Kubalikan tubuhnya menghadap kesamping. Penisku menghujam semakin dalam kuangkat sebelah kakinya ke pundakku. Batang penisku amblas sampai mentok di mulut vaginanya, tanpa mencabut penisku kuangkat dengan gerakan elastis kini aku menghajarnya dari belakang.
Tanganku meremas bongkahan pantatnya denga kuat, sementara penisku keluar masuk lebih cepat. Erangannya membuat semangatku bertambah ketika kurasakan ada yang mau keluar dari vaginanya, segera kucabut penisku,
“Ahh kenapa van? aku sedikit lagi mau keluar lohh ”protes Bu Cella.
Dia langsung mendorong tubuhku, kini aku di telentangnya dibawa dengan cepat menangkap penisku dan memasukkan kedalam lubang vaginanya. Kini Cella dengan buas bermain diatas ku, sementara aku dibawah taksanggu yang menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Cella, apalagi saat pinggulnya naik turun.
Kini Cella dengan ganasnya menarik turunkan pantatnya, sementara aku sudah tak sanggup menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Cella, apalagi saat pinggulnya sambil naik turunkan digoyangkan juga diputar-putar
Satu jam sudah berlalu, kulihat Cella semakin cepat bergerak, cepat hingga akhirnya aku merasakan perasaan hangat di penisku saat tubuhnya bergetar dan mulutnya mengerang,“Ohh aku puas sekali diginiin aku sukaa” erangannya.
Namun penisku yang sudah berdenyut-denyut belum tercabut dari vaginanya. Kurasakan buah dadanya yang montok tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya.
Setelah beberapa saat, aku merasakan spermaku tidak jadi keluar, segera kubalikkan tubuhnya kembali. Kini dengan gaya konvesional, aku mencoba kenikmatan kenikmatan, vagina yang sudah basah tidak mengurangi kenikmatan.
Aku terus menggerakkan tubuhku Perlahan gairahnya kembali bangkit, terlebih saat batang senjataku mengorek-ngorek lubang kemaluannya kadang sedikit kuangkat pantatku agar G-spotnya tersentuh pinggul Cella yang seksi mulai bergoyang seirama dengan gerakan pantatku Jari-jarinya yang lentik mengusap dadaku, putingku dipilin- pilinnya, sensasi yang kurasakan tambah gila
Setengah jam sudah aku bertahan dengan gaya konvensional Perlahan aku mulai merasakan cairanku sudah kembali ke ujung kepala senjataku Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Cella pada putingku dan pitingan kakinya di pinggangku, kusemprotkan air maniku ke dalam kemaluannya, kami berbarengan orgasme
Sejak kejadian itu, kami syringe. Aku baru tahu bahwa gairahnya sangat tinggi, selama ini dia telah menunjukkan alim, karena tidak mau sembarangan dengan cowok.
Dia mau denganku karena aku sabar, baik dan tidak mengejar kekayaannya. Apalagi begitu dia tahu bahwa senjataku dua kali lipat mantan suaminya, tambah lengket saja gairahnya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
.